Jumat, 16 Agustus 2013

Siswa tuna rungu raih nilai UN tertinggi

Magelang (ANTARA News) - Siswa tuna rungu wicara kelas XII Sekolah Menengah Kejuruan Pangudi Luhur Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Henry Restya Susetya meraih nilai ujian nasional tertinggi di Jurusan Otomotif di sekolah itu.

"Nilai rata-ratanya 8,2, dan mengungguli 49 anak normal lainnya di Jurusan Otomotif, sedangkan untuk tingkat sekolah dia menduduki ranking dua," kata guru wali kelas XII Jurusan Otomotif SMK Pangudi Luhur, Agustinus Ngadisa di Magelang, Selasa. 

Menurut Ngadisa, sejak diterima di SMK pangudi Luhur, siswa berkebutuhan khusus tersebut memang dikenal cerdas, bahkan sejak duduk di kelas X, dia selalu mendapat ranking I di kelas.

Atas prestasi yang diraih anak pasangan Sri Sudiyati dan Supraptono, warga Kabupaten Purworejo itu, PT Astra International mengapresiasinya dengan diterima kerja tanpa tes. Namun, atas berbagai pertimbangan, Henry memilih untuk tetap melanjutkan sekolah.

"Saat ini saya belum berpikir bekerja. Saya masih ingin bersekolah dulu," kata Henry yang bercita-cita menjadi pegawai bank dan seorang programer ini didampingi ibunya.

Sri Sudiyati, mengatakan, anak keduanya ini diketahui menderita tuna rungu wicara sejak usia 11 bulan. Berbagai pengobatan sebenarnya telah dilakukan, namun tidak berhasil.

Pada usia lima tahun, Henri disekolahkan di SD Luar Biasa Don Bosco di Kabupaten Wonosobo. Saat itu, dia diketahui miliki kecerdasan dibanding anak lainnya, bahkan dinilai oleh para pengajar di tempat itu mampu bersekolah di tempat umum.

Setelah lulus dari SDLB tersebut, Henry melanjutkkan ke SMP Bruderan Purworejo. Anak yang memiliki hobi membaca ini kemudian meneruskan ke SMK Pangudi Luhur Muntilan.

"Kami bangga atas prestasi anak kami. Semoga ini menginspirasi anak-anak lain," kata Sri Sudiyati yang juga sebagai guru di SMP Negeri 13 Purworejo.

Wakil Kepala SMK Pangudi Luhur Bidang Kesiswaan, FX Yellow Bayu, mengatakan, meskipun sekolah umum SMK Pangudi Luhur juga menerima anak-anak berkebutuhan khusus terutama tuna rungu wicara yang miliki kelebihan. Hal ini sudah dilakukan sejak tahun 1980-an. Latar belakangnya, untuk menampung dan memberikan keterampilan kepada mereka.

"Semua anak bangsa dapat bersekolah di tempat kami. Kami tidak pernah membeda-bedakan dari mana mereka berasal, bahkan meskipun mereka berkebutuhan khusus, namun kalau memiliki sesuatu kelebihan, pasti kami terima," katanya. 


sumber : http://www.antaranews.com/berita/313154/siswa-tuna-rungu-raih-nilai-un-tertinggi

Senin, 06 Februari 2012

Jurus Angkie Yudistia Berkomunikasi


Dunia komunikasi dan public speaking sudah menjadi hobi dan hasrat Angkie Yudistia sejak kecil. Tengoklah caranya berinteraksi denganaudience.
Sekilas, tak ada yang menyangka bungsu dari dua bersaudara ini memiliki keterbatasan pendengaran. Ya, sejak usia 10 tahun, Angkie kecil yang ceria dan aktif divonis menderita tuna rungu. Selama perjalanan hidupnya hingga kini, wanita berusia 24 tahun itu tak bisa menghindar dari perlakuan diskriminatif di sekitarnya.
Telinga kanan Angkie mampu mendengar suara 70 desibel, sedangkan yang kiri 98 desibel. Sementara, rata-rata percakapan manusia berada di 40 desibel.
Selepas sekolah menengah atas, dokter menyarankan Angkie untuk kuliah di bidang sains yang tidak menuntut komunikasi verbal. Ternyata, Angkie memiliki tekad lain.
Tak sia-sia memang. Beberapa kali ia dikirim mewakili kaum tuna rungu Indonesia untuk presentasi di dunia internasional. Kini, Angkie telah meraih master ilmu komunikasi. Mobilitas yang tinggi pun dijalaninya secara mandiri.
Angkie tak ingin keberhasilannya menembus keterbatasan yang dimilikinya hanya dinikmati sendiri. Ia pun mendirikan sebuah perusahaan konsultan komunikasi yang memperjuangkan isu kaum difabel. Keprihatinan Angkie muncul karena tak banyak kaum difabel diterima di dunia kerja formal.
Nah, gerakan pita biru adalah salah satu upaya Angkie mendapatkan perhatian bagi kaum difabel. Belum lama ini, dia meluncurkan buku berisi pengalamannya. Ia pun menjual merchandise yang hasil penjualannya diperuntukkan bagi alat bantu kaum difabel. Terutama, agar mereka tidak lagi terkungkung oleh keterbatasan

Minggu, 04 Desember 2011

CELEBRAL PALSY


Setiap keluarga mendambakan keturunan yang dikandung sehat, lahir selamat dan sempurna, namun tidak semua pasangan memiliki keberuntungan yang sama. Sebagian anak yang mempunyai kelainan yang berakibatkan anak tersebut tidak dapat berkembang sebagaimana pada umumnya.
Kelainan tersebut dinamakan celebral palsy yang biasa disingkat CP. Dalam bahasa Indonesia disebut palsi selebral.
CP merupakan suatu terminologi payung untuk mendiskripsi adanya kelainan sel-sel motorik pada otak yang belum selesai masa pertumbuhannya, bersifat kronik, dan tidak progresif.
CP sering dikacaukan dengan retardasi mental. Meski sama-sama dengan kelainan otak namun keduanya berbeda. Retardasi mental berhubungan dengan fungsi otak untuk belajar dan kemampuan untuk mengerti, sedangkan CP berhubungan dengan fungsi motorik. CP tidak sepenuhnya gangguan motorik tetapi juga sebagian sensorik sehingga sering disebut sensorikmotor disaster. CP dan retardasi mental bisa terjadi persamaan.
Ciri-ciri menderita CP bermacam-macam, tergantung bagian  di luar jaringan otak yang mengalami kerusakan.
  1. Terjadi kelumpuhan, bisa hanya satu anggota badan, dapat semuanya. Kelumpuhan ada tipe lemas atau tipe kaku. Yang terbanyak adalah tipe kaku.
  2. Timbul gerakan tidak beraturan. Terjadi karena gangguan perkembangan mental, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, dan gangguan bicara.
CP dikategorikan sebagai berikut:
  1. Ringan
Penderita masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Sedikit membutuhkan bantuan khusus.
  1. Sedang
Aktivitas terbatas, penderita membutuhkan bermacam-macam bantuan. Sebaiknya ikut sekolah pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri, dapat bergerak, dan berbicara
  1. Berat
Penderita ini sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas fisik secara normal dan sangat membutuhkan pertolongan orang lain.
Perlu diketahui, tidak semua CP mengalami retardasi mental. Hasil survei, 25% CP berinteligensi rata-rata atas normal, dan 30% di bawah IQ 70.

Penyebab
80% terjadi CP karena faktor sebelum kelahiran. 6-7% disebabkan pasca kelahiran.
Penyebab pada masa pranetal (sebelum lahir), misalnya:
  1. Terjadinya mal farmasi janin
  2. Infeksi janin
  3. Terpapar radiasi
  4. Keracunan kehamilan
  5. Dll
Penyebab pada proses kelahiran, misalnya:
  1. Kekurangan oksigen
  2. Pendarahan otak
  3. Trauma kelahiran
  4. Prematur
Penyebab setelah melahirkan, misalnya:
  1. Trauma kepala
  2. Infeksi
  3. Dll

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Coupons